Catatan dari Jogja: Pasar Ngasem dalam Kenangan

Tahukah Anda Pasar Ngasem? Mungkin yang pernah ke jogja, atau asli Jogja pasti tau Pasar Ngasem..ya, itu nama pasar di Jogja yang sangat terkenal selain Pasar Beringharjo...Sebenarya pasar ini lebih terkenal dengan Pasar Burung Ngasem karena memang banyak sekali pedagang burung disini dan tentunya beberapa satwa lainnya seperti ikan, kepompong dan satwa unik lainnya. Tak ketinggalan pula segenap perabotan akuarium. Tapi tak hanya itu, seperti layaknya pasar tradisional lainnya, pasar burung Ngasem juga menjual sayur-mayur, makanan, jajanan pasar, dll.
Pasar burung ini sangat melegenda serta lekat dengan warga Yogyakarta. Bagi masyarakat Jawa, burung memiliki kedudukan tersendiri. Satwa yang bisa terbang dan mengeluarkan suara indah ini telah menjadi bagian dari gaya hidup sejak lama. Bahkan kepemilikan burung menjadi simbol kemapanan hidup. Ada satu peraturan tidak tertulis, bahwa syarat disebut sebagai lelaki dewasa adalah memiliki wisma (rumah), turangga (kuda), curiga (keris), kukila (burung), dan wanita (istri).
Hal tersebut tentu saja menegaskan betapa pentingnya keberadaan Pasar Burung Ngasem. Baik bagi kaum priyayi maupun rakyat jelata seperti saya. Bagi penjual tentu saja Pasar Ngasem menjadi tempat mereka menggantungkan kehidupannya. Bagi pembeli, Pasar Ngasem adalah tempat yang menyenangkan dan stategis untuk membeli hewan. Bagi juru foto, Pasar Ngasem menjadi lokasi yang bagus untuk mengambil gambar. Dan bagi saya, Pasar Ngasem adalah tempat untuk melihat dan menawar hewan-hewan lucu, namun tak pernah membelinya. Tapi selalu tak ketinggalan untuk menikmati Daging Empal yang enak yang khass banget...yang pembelinya suka antre dan bahkan dari luar kota hehe..almarhum ibu yang sering membelikan saya, karena saya seneng banget ama menu itu..Terimakasih Ibu...
Nah, ini dia liputan lebih jauh tentang Pasar Ngasem Jogja
Berkelana ke Pasar Ngasem bisa dikatakan keharusan setelah mengunjungi Kraton Yogyakarta. Selain karena lokasinya yang hanya 400 meter barat Kraton, juga karena pasar ini akan memberikan info penting tentang apa yang dianggap bergengsi di masa kerajaan dahulu. Setelah kuda sebagai alat transportasi dan keris sebagai senjata, burung ada di tempat ketiga sebagai pengukur status sosial. Pasar Ngasem menawarkan berbagai macam burung dengan keindahan kenampakan dan suaranya, serta kegiatan para pecintanya.
Sebuah bukti berupa foto menunjukkan bahwa Pasar Ngasem dengan barang dagangan utamanya berupa burung telah ada sejak tahun 1809. Letaknya yang tak jauh dari Kraton dimaksudkan agar para bangsawan mudah mengaksesnya. Sekitar tahun 1960-an, pasar ini semakin identik dengan burung setelah pedagang burung dari pasar Beringharjo dipindahkan ke tempat ini. Bukan hal mengherankan bila banyak turis menyebut pasar ini dengan bird market karena areal perdagangan burung sepertiga dari luas pasar.
Areal jual beli burung dijumpai dengan berbelok ke kiri dari pintu masuk. Burung perkutut yang dahulu laris dibeli para bangsawan hingga kini masih menjadi salah satu barang dagangan utama pasar ini. Jenis lain yang laris adalah kutilang, kepodang, emprit, prenjak, jalak, dan parkit. Burung yang jarang dibeli namun cukup menarik adalah burung hantu yang anakannya dijual Rp 35.000,-. Salah satu kios burung bahkan menjual burung elang yang kini telah terjual seharga Rp. 350.000,-. Selain binatangnya, kios burung juga menyediakan perlengkapan pemeliharaan seperti kandang dan pakan.
Pasar Ngasem memiliki nuansa berbeda dengan pasar burung lain. Di pasar ini, pengunjung tidak hanya dapat menikmati keindahan burung saja, tetapi juga pertunjukan yang digelar oleh para pecinta burung. Misalnya, pertunjukan keahlian burung dara untuk terbang kembali ke kandang dan adu kemerduan suara berbagai macam burung. Dari pertunjukan itulah biasanya ada calon pembeli yang merasa tertarik dan kemudian rela membayar berapa pun harganya. Penjual kadang juga mau mengajari melatih burung agar dapat berkicau atau sekedar bercakap-cakap tentang cara memelihara burung.
Kalau mau berkeliling, anda juga akan mengetahui bahwa Ngasem tak hanya menjual burung, tetapi juga binatang lain. Berbelok ke kanan dari areal penjualan burung, akan dijumpai kios pedagang ular. Menurut penjualnya, ular yang dijualnya langsung ditangkap dari habitatnya. Jenis ular yang dijual mulai dari ular air hingga kobra dan phyton. Bila ingin melihat, penjual akan mengambil peliharaannya agar pembeli dapat melihat detailnya. Selain ular, kios itu juga menjual berbagai reptil seperti iguana dan penyu. Seekor iguana kecil dijual dengan harga Rp 75.000 sementara bila telah besar harganya mencapai ratusan ribu.
Menuju bagian barat pasar, anda akan menjumpai kios yang menawarkan ikan hias. Jenis ikan dan harganya bervariasi. Ikan hias kecil yang suka berkoloni dijual dengan harga Rp. 1000 per ekor. Ikan hias lain yang dijual adalah arwana dan lou han yang dijual seharga ratusan ribu. Perlengkapan pemeliharaan ikan juga banyak dijual. Mulai dari akuarium dengan berbagai bentuk, karang-karangan, tanaman hias untuk akuarium, dan pakan ikan. Beberapa kios juga menyediakan jasa untuk set up pemeliharaan ikan laut.
Selain ikan, burung, dan ular, binatang peliharaan lain yang dijual adalah anjing, kucing, musang, berbagai jenis ayam hingga kelici dengan berbagai warnanya. Salah satu kios juga menjual mencit dengan satu set tempat peliharaannya yang didesain sebagai arena bermain sehingga pembeli dapat menikmati tingkah mencit layaknya sirkus. Di bagian tengah pasar, terdapat pedagang yang menjual jangkrik. Biasanya, jangkrik dibeli para pecinta burung untuk pakan dan anak sekolah yang ingin mendengarkan suaranya.
Kalau lelah atau pun lapar, seperti pasar tradisional lainnya, Ngasem juga menyediakan jajanan pasar. Salah satu jajanan yang khas adalah jenang gempol (terbuat dari bulatan berbahan dasar tepung beras yang berasa gurih dipadu dengan kuah dari santan dan sirup gula jawa yang manis) yang penjualanya bisa dijumpai di bagian depan pasar. Jajanan lain adalah getuk, lupis, thiwul, dan gatot. Di sebelah kios penjual burung juga tersedia warung-warung makan yang menjual soto dan nasi rames. Penjelajahan ke Pasar Ngasem akan menjadi menyenangkan tentunya.
Apa yang terjadi Sekarang?
Pasar Ngasem sudah pindah!! Mulai Kamis (22 April 2010), sedikitnya 228 pedagang burung di pasar Ngasem dipindahkan ke lokasi baru mereka yaitu Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTHY) di kawasan Dongkelan, Jl. Bantul KM 1, Yogyakarta. Mungkin karena alasan agar lebih tertata lebih bagus kali ya...tapi yang bikin saya salut, proses pemindahan ini tidak menimbulkan kerusuhan atau adu jotos layaknya proses eksekusi pemindahan pasar tradisional lainnya. Malahan boyongannya memakai prosesi kirab..wuaah jogja bangetsss.
Boyongan tersebut diisi dengan kegiatan kirab andong dan gerobak sapi yang melibatkan pedagang, Muspida Kota Yogyakarta, serta Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Ada begitu banyak kenangan yang terukir di sana. Ada banyak kisah dan cerita. Bukan hanya milik saya, namun milik semua warga Jogja. Tiap orang ada masanya, dan tiap masa ada orangnya. Selama berpuluh-puluh tahun orang datang dan pergi, tapi Pasar Ngasem tetap ada di sana. Dan kali ini masanya telah habis. Semua berubah. Yang lama akan digantikan oleh yang baru. Yang muda beranjak dewasa. Yang tua menjadi mati. Tapi kenangan tak kan pernah hilang di hati.
*kira-kira masih ada yang jual daging empal langganan saya gak ya??
beberapa cuplikan artikel diambil dari: www.yogyes.com, gudeg.net, metrotvnews.com

0 komentar:

Posting Komentar